Menguak 7 Teori-Teori Etika| Faedah Dan Kritiknya - Habibullah Al Faruq

Semangat utama dalam menyusun desain ihwal etika merupakan prinsip reflektif dan introspeksi yang menjadi "golden rule" dari pergaulan antarmanusia , yakni "perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan juga oleh orang tersebut".

Prinsip dasar tersebut bisa menampilkan kesadaran diri jikalau etika timbul di saat 2 atau bahkan lebih orang yang dapat saling menyetujui suatu konsensus secara bareng mengenai norma-norma sosial dengan seimbang. Hal ini memang betul-betul diinginkan alasannya setiap orang mempunyai kepentingan yang unik dan bahkan bisa saja berlainan terhadap kepentingan orang lain.

Di sinilah , maka diinginkan suatu nilai bareng yang dapat dijadikan suatu jalan tengah untuk perbedaan dari setiap kepentingan yang ada.

Secara biasa , teori-teori mengenai etika meningkat yang menjadi dasar daypikir rasional yang terbatas , terhadap pencapaian kepentingan atau tujuan hidup dari insan itu sendiri. Dalam kajian filsafat , ada terlalu banyak tata cara atau teori mengenai etika akan hakikat moralitas dan fungsi pentingnya di dalam kehidupan manusia.

Teori-teori Etika

Teori-teori Etika

1. Egoisme

Pada dasarnya , setiap orang itu cuma akan mempedulikan kepentingan pribadi atau kepentingannya diri sendiri. Apabila ada 1 atau 2 tingkah laris yang menampilkan laba untuk orang lain , bahwasanya itu bukan niat yang sesungguhnya untuk mengerjakan hal atau langkah-langkah tersebut.

Tindakannya yang dapat memberi faedah terhadap orang lain lebih didasari dengan adanya pertimbangan jikalau perbuatan atau tingkah laris tersebut yang pada kesudahannya bisa menampilkan faedah terhadap dirinya sendiri.

Rachels (2004) , memperkenalkan sebanyak 2 desain yang berafiliasi dengan egoisme , yakni :
  • Egoisme psikologis (suatu teori yang menerangkan jikalau semua langkah-langkah insan tersebut dimotivasi oleh adanya kepentingan untuk berkutat diri) , dan
  • Egoisme etis (suatu langkah-langkah yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri)

Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri-ciri mengabaikan atau justru malah bisa merugikan kepentingan orang lain , sedangkan langkah-langkah mementingkan diri sendiri tak senantiasa merugikan kepentingan milik orang lain.

2. Hedonisme

Untuk desain yang satu ini , pada dasarnya dibilang jikalau secara kodrati , insan itu cuma mencari kesenangan dan berupaya atau berupaya untuk menyingkir dari ketidaksenangan di dalam hidup. Secara logis , sikap dan langkah-langkah insan terlalu banyak didorong oleh kesenangannya saja.

Standar moral dan etika akan baik jikalau seseorang merasa bahagia dengan adanya kondisi tersebut , dan sebaliknya , dibilang etika atau moral yang tak sejalan jikalau kondisi yang ada malah mendatangkan ketidaksenangan bagi dirinya.

Dalam konteks ini , maka sempurna apabila insan dibilang selaku hedonisme , alasannya mempunyai kaitan yang cukup erat dengan egoisme.

3. Utilitarianisme

Teori ini bisa mengungkap jikalau suatu langkah-langkah yang dianggap baik jikalau bisa menampilkan faedah untuk sebanyak mungkin anggota golongan yang ada.

Dengan demikian , maka teori yang satu ini mempunyai prinsip jikalau langkah-langkah mesti dinilai dengan benar atau salah , cuma dari konsekuensi atau akhir yang terjadi dari suatu langkah-langkah tersebut.

Untuk teori ini sendiri dianggap jauh lebih berhubungan dengan norma-norma kebersamaan yang berlaku di penduduk , alasannya mempunyai ragam kepentingan , dibandingkan cuma dengan egoisme dan hedonisme.

Perbedaan dari paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis tersebut terletak pada siapa yang mendapatkan manfaatnya. Egoisme etis menyaksikan dari sudut pandang kepentingan individu , sementara untuk utilitarianisme menyaksikan dari sudut kepentingan banyak orang (kepentingan penduduk atau kepentingan bersama).

4. Deontologi

Teori ini sendiri mengharuskan untuk setiap orang berbuat kebaikan. Berbeda halnya dengan utilitarianisme , maka untuk deontologi ini justru menjadi langkah-langkah etis yang serupa sekali tak mempunyai korelasi dengan tujuan atau konsekuensi atau akhir dari suatu tindakan.

Pada pada dasarnya merupakan , etis tidaknya suatu perbuatan lebih didasari terhadap maksud atau niat dari si pelaku perbuatan itu sendiri.

Suatu perbuatan tak pernah menjadi baik alasannya memang hasilnya baik. Hasil baik tak pernah dijadikan suatu argumentasi untuk membenarkan suatu langkah-langkah , melainkan cuma di cerita terkenal Robinhood yang merampok kekayaan orang-orang kaya dan hasil yang didapat tersebut diberikan atau dibagikan terhadap orang-orang miskin.

5. Hak

Dalam pemikiran moral yang terjadi cukup umur ini , barangkali teori hak menjadi pendekatan yang lumayan banyak dipergunakan untuk mengerjakan penilaian baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Sebenarnya , teori hak menjadi faktor dari teori deontologi , alasannya mempunyai kaitan dengan kewajiban.

Malah , bisa dibilang jikalau hak dan keharusan bagai 2 segi dari duit logam yang sama. Dalam teori etika dahulu diberikan terkanan paling besar pada kewajiban. Akan tetapi , untuk kini , kita malah mengalami suasana atau kondisi yang berbalik , alasannya kini , hak paling banyak ditonjolkan.

Walaupun teori hak ini sebenarnya memang berakar dari deontologi , tetapi untuk kini bisa mendapati suatu identitas tersendiri dan alasannya itu juga layak dibahas tersendiri atau terpisah. Hak didasarkan atas martabat insan dan martabat semua insan yang sama. Karena itu , teori hak sungguh sesuai dengan kondisi pemikiran yang demokratis.

Teori hak kini ini sudah begitu terkenal , alasannya dinilai cukup cocok dengan penghargaan terhadap seseorang atau individu yang mempunyai harkatnya sendiri. Karena itu , insan perorangan siapapun tak boleh dikorbankan untuk meraih tujuan yang lain.

6. Keutamaan

Dalam teori-teori yang sudah dibahas di atas , baik jelek sikap insan memang benar ditentukan berdasar dari suatu prinsip atau norma yang berlaku.

Teori keunggulan yakni teori yang menatap akan sikap atau susila seseorang. Dalam etika cukup umur ini , terdapat minat khusus dalam teori keunggulan selaku bentuk reaksi atas teori etika yang sebelumnya terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan menggunakan prinsip atau norma.

Walaupun demikian , dalam sejarah etika , teori keunggulan bukanlah teori yang baru. Sebaliknya , teori ini malah mempunyai suatu tradisi usang yang sudah dimulai pada waktu filsafat Yunani kuno.

7. Teonom

Untuk teori yang terakhir ini , sikap etis mempunyai kaitan dengan faktor religi. Diungkap jikalau aksara moral insan diputuskan secara hakiki oleh kesesuaian dengan kehendak dari Tuhan dan sikap insan yang dianggap tak baik (jahat) apabila tak mengikuti perintah dan menjauhi larangan Tuhan.

Panduan sikap etis terhadap sikap ini tak didasarkan pada norma bareng yang ada di suatu golongan , melainkan lebih condong terhadap tutorial yang sudah tersedia di kitab-kitab suci. ( : Hubungan Etika dan Agama yang Tak Bisa Dipisahkan)

Manfaat Teori Etika

Manfaat Teori Etika

Berbeda dari aliran moral , etika memang tak ditujukan secara pribadi untuk memperbaiki diri insan itu sendiri. Etika menjadi pemikiran yang sistematis pada moralitas dengan menggunakan macam-macam tata krama dan terdapat beberapa faedah penting dari teori etika untuk kini ini , menyerupai :
  • Menghadapi pandang moral yang bertentangan. Masyarakat yang kini ini merupakan penduduk beraneka ragam atau pluralistik yang bagus itu dari agama , suku , tempat dan lain sebagainya , tergolong dalam permasalahan moralitas. Ada terlalu banyak persepsi moral yang berlainan dan dijadikan opsi yang mana ingin dibarengi , apakah itu dari orang renta , tradisional atau budpekerti desa , hingga moralitas media massa.
  • Menjaga orientasi. Teori etika juga berfungsi biar diri insan tidak hingga kehilangan orientasinya , sehingga bisa membedakan mana yang hakiki , apa saja yang dapat berganti dan juga bisa mengambil sikap dalam bertanggung jawab.
  • Menghadapi ideologi. Teori etika bisa menolong untuk menghadapi ideologi secara lebih kritis dan objektif , sehingga tak akan mudah terhasut dan tak terlalu naif ataupun ekstrem.
  • Menemukan dasar kepercayaan. Teori etika juga ternyata sungguh penting bagi insan beragama , biar bisa menerima kepercayaan dalam kepercayaan yang dianut , sekaligus juga mengantisipasi dengan tak menutup diri dari kehidupan penduduk yang tak stagnan (selalu berubah-ubah).


Kritik dalam Teori Etika

Kritik dalam Teori Etika

  • Semua orang memang sudah lumrah dalam mengerjakan suatu kesalahan. Dalam teori etika , ada terlalu banyak hal yang dapat dipergunakan di saat akan menyodorkan suatu kritik , sehingga tak menghasilkan seseorang bisa tersinggung alasannya cara yang dipergunakan yakni cara yang salah.
  • Hal yang kemungkinan disampaikan apabila ternyata menyinggung atau bahkan menyakiti perasaan yang berafiliasi dengan kesalahan yang sudah dilakukan. Maka dari itu , senantiasa untuk memulai kata dengan "permisi" atau "maaf" , sebelum memulai mengatakan , yang lebih lanjut utamanya pada seseorang yang mempunyai kepribadian dependen.
  • Menyampaikan hal yang bagus mengenai orang yang hendak dikritik juga menjadi cara terbaik dalam mencairkan suasana. Dalam suatu observasi juga sukses mengungkap apabila kebanggaan bisa menghasilkan seseorang menjadi lebih mempunyai pengaruh dalam mendapatkan kritikan. Sedangkan seseorang yang pribadi dikritik , maka butuh setidaknya sebanyak 6 kebanggaan , biar dirinya bisa sembuh dari luka hati dari apa yang sudah didapat dari kritik tersebut.
  • Pemberian kritik yang mesti bisa didengar , mesti bisa disampaikan dengan tegas , padat dan singkat , tetapi tetap mesti menggunakan bahasa yang sopan dan santun , serta lembut , sehingga seseorang yang dikritik tersebut tak menutup diri dari masukan yang diberikan , sekaligus juga hindari untuk memberi sindiran , terlebih secara berlebih , alasannya cuma akan menghasilkan semuanya menjadi berantakan.
  • Memberikan kritik dalam etika tak boleh dijalankan dengan cara membandingkan orang yang hendak dikritik dengan orang lainnya , alasannya seseorang cuma akan membentengi diri pada di saat ia daripada orang lain , sekaligus juga bisa memunculkan rasa emosi dan psikologis , sehingga sebaik apapun masukkan yang diberikan , tak akan didengarkan dan tak akan mempunyai imbas positif.
  • Memberi kritik dalam etika juga bisa dijalankan dengan menolong orang tersebut untuk bisa memperbaiki kesalahan yang sudah terjadi , sehingga menunjukan jikalau kritik yang disampaikan bukan cuma sekadar perkataan saja yang dapat menghasilkan individu itu berganti lebih baik , sekaligus juga meminimalkan perasaan tersinggung dan bisa menghasilkan perorangan tersebut mempunyai asumsi untuk senantiasa berpikir positif demi kebaikannya.

Tidak ada komentar untuk "Menguak 7 Teori-Teori Etika| Faedah Dan Kritiknya - Habibullah Al Faruq"