Sekolah Di Swedia Sungguh Berlainan Dengan Sekolah Di Indonesia - Habibullah Al Faruq

Sekolah di Swedia Sangat Berbeda dengan Sekolah di Indonesia - Muhadjir Effendy yang merupakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan gres mengambil alih Anies Baswedan , menjadi buah bibir di belakangan ini.

Yang menjadi salah satu penyebabnya merupakan , Muhadjir Effendy meluapkan idenya jikalau ia ingin menerapkan tata cara sekolah sepanjang hari atau bisa disebut dengan nama full day school (FDS).

Muhadjir Effendy menggambarkan , jikalau pada tata cara ini , nantinya bagi para siswa akan pulang sekolah lebih sore. Siswa akan pulang pada pukul 17.00 WIB.

Anak Sekolah
Anak Sekolah , via beritakaltara.com

Ide yang timbul dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini , ternyata sampai terdengar di indera pendengaran Antony Lee. Antony Lee juga tidak luput dari gunjingan itu dan beliau ikut memamerkan komentarnya.

Antony Lee , merupakan seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang dirinya pernah melakukan pekerjaan menjadi selaku relawan bahasa yang ada di suatu sekolah di Swedia , dengan nama Fagelskolan.

Fagelskolan itu sendiri merupakan suatu sekolah dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah pertama , yang berlokasi di Lund , Skane , Swedia.

Antony Lee itu sendiri menjadi seorang relawan untuk mengisi waktu luang disaat dirinya tengah menjadi mahasiswa kesibukan Global Studies , jurusan Ilmu Politik , yang ada di suatu Universitas Swedia , pada tahun 2013 sampai tahun 2015.

Antony Lee pasti tidak kekurangan nalar , dirinya menjajal untuk mengamati kesibukan siswa yang bersekolah di sana. Dari pengamatannya , mata pelajaran yang ada di Swedia itu sungguh berlawanan jauh dengan yang ada di Indonesia , apalagi di sekolah Fagelskolan , di mana sekolah tersebut menjadi salah satu pola untuk sekolah-sekolah yang ada di Uni Eropa.

Di sekolah tersebut , ada pelajaran yang dinamakan dengan rumah ekonomi (sudah diartikan dalam Bahasa Indonesia). Anak-anak setingkat SD dan juga Sekolah Menengah Pertama yang ada di sana , akan diajarkan bagaimana cara memasak. Ruangan kelasnya itu sendiri bahkan disulap menjadi seumpama dapur. Tidak cuma diajari cara mengolah makanan , siswa juga diajarkan membeli , sampai menegaskan bahan-bahan makanan.

Antony Lee juga pernah ditawari masakan hasil dari karya belum dewasa itu. Di waktu siang hari , seumpama di kantin pada waktu itu , Antony menyantap masakan ringan manis yang ternyata masakan ringan manis itu merupakan hasil dari siswa-siswa yang ada di sana. Dia merasa sungguh terkejut!

Tidak cuma mata pelajaran rumah ekonomi , ada juga kelas seumpama studio musik di mana siswa akan diajarkan pelajaran musik. Studio musik ini bukan coba-coba saja , alasannya di dalamnya alat telah lengkap.

Jika menyaksikan dari waktu sekolah itu sendiri , tidak ada siswa yang pulang terlalu sore.

Masuk sekolah pada pukul 08.30 dan juga pulang pada pukul 14.30 , dengan waktu istirahat selama 2 (dua) jam. Maka , waktu menuntut ilmu efektif bisa ditarik kesimpulan berjalan selama 4 (empat) jam saja.

Banyak alternatif lain , tidak mesti menerapkan tata cara sekolah sepanjang hari atau full day school (FDS). Salah satunya bisa dengan mencanangkan kesibukan ekstrakurikuler , sehingga siswa bisa memiliki keleluasaan dalam menegaskan kesibukan yang mau dilaksanakan olehnya.

Bahkan yang sungguh menakjubkan , di Swedia , jikalau ada siswa yang gagal mendapatkan nilai yang anggun , akan terus diberikan peluangnya sampai siswa yang gagal itu menjadi bisa , diajarkan secara perlahan sampai mampu.

Sebenarnya , orang yang memiliki nilai buruk itu tidak dapat dicap selaku orang yang gagal. Malahan , banyak , orang yang nilai buruk itu dapat berhasil di bertahun-tahun kemudian. Nasib tidak ada yang dapat tahu kan kedepannya?

Berbeda dengan pendidikan yang ada di Indonesia , di mana siswa mesti senantiasa dituntut untuk bisa , bisa mendapat nilai anggun setiap harinya.

Bahkan , kesibukan menjiplak itu sendiri terpaksa dilaksanakan oleh siswa maupun siswi di Indonesia mudah-mudahan bisa menjangkau hasil maksimal. Karena menurut anak sekolah kini , nilai itu segalanya. Dengan nilai , mereka bisa disegani selaku orang yang cerdas.

Jadi , apa Anda telah bisa membedakan pendidikan yang ada di Indonesia dengan pendidikan di Swedia?

Tidak ada komentar untuk "Sekolah Di Swedia Sungguh Berlainan Dengan Sekolah Di Indonesia - Habibullah Al Faruq"