Hubungan Adab Dan Agama Yang Tak Dapat Dipisahkan - Habibullah Al Faruq
Persoalan etika dan agama memang menjadi 2 hal yang tidak perlu untuk dipertentangkan. Etika memang tak bisa mengubah tugas agama , melainkan etika bisa menolong agama untuk memecahkan banyak sekali macam kendala yang rumit dan sulit.
Akan tetapi , sebaliknya , jiika memutlakkan etika tanpa menyadari keberagaman agama itu sendiri , inilah yang menjadi berbahaya. Karena intinya , etika bisa merendahkan atau condong mengabaikan kepekaan rasa , kehalusan etika kebiasaan , konvensi sosial dan lain sebagainya.
Bahkan , ancaman formalisme bisa saja terjadi , berpikir baik atau jelek secara moral , tetapi tak bisa untuk menjalankannya. Etika dapat menjadi ilmu yang kering atau bahkan mandul yang mempunyai kebenaran , tetapi kurang bisa dalam hal pelaksanaan.
Sebelum menerangkan lebih lanjut mengenai hubungan etika dan agama di lingkungan penduduk , alangkah baiknya kita mengulas lebih dalam mengenai dilema etika , gres membahas mengenai agama , secara sederhana , satu-persatu.
Apa itu Etika?
![]() |
| Etika , via techspot.com |
Etika lebih pada prinsip dasar baik atau buruknya sikap insan , sedangkan moral untuk menyatakan hukum yang jauh lebih konkret. Ibaratnya , pedoman moral menjadi isyarat bagaimana kita mesti bisa bertindak , sedangkan etika untuk memberi analisa kepada apa yang sudah kita kerjakan atau yang sudah diperbuat.
Secara sederhana , etika bisa dibilang selaku salah satu ilmu yang mempelajari secara sistematis , mengenai moralitas dan menampilkan sebuah bentuk analisa kepada langkah-langkah moral. Walaupun demikian , etika dalam persepsi Magnis Suseno , ia tak mempunyai pretensi secara eksklusif untuk menghasilkan diri pribadi insan menjadi lebih baik ke depannya.
Dengan demikian , etika juga bisa dinyatakan selaku sebuah persepsi filosofis dalam menyaksikan tingkah laris insan itu sendiri. Perilaku inilah yang tercermin dalam langkah-langkah moralnya , sehingga seseorang tak perlu beretika untuk menghasilkan langkah-langkah moral.
Moral menjadi langkah-langkah yang tak terikat oleh apapun , tergolong oleh agama. Orang bisa bertindak secara moral , tanpa dirinya mesti beragama dan bahkan sebaliknya , orang yang beragama bahkan bisa bertindak amoral.
Mengapa Manusia Beragama?
![]() |
| Manusia Beragama , via semangatajayuk.blogspot.com |
Pertanyaan yang begitu sederhana , tetapi ternyata juga begitu fundamental untuk bisa mengenali lebih lanjut dan bisa mengetahui akan pentingnya bicara mengenai agama. Salah satu ciri khas insan merupakan dirinya bisa berefleksi kepada kehidupannya.
Kesadaran diri menjadi ciri dari insan , alasannya merupakan itulah ia bisa untuk berefleksi kepada hidupnya. Ia bisa untuk berefleksi kepada kehidupan religuisnya , maka dari itu , tak salah apabila insan disebut selaku makhluk religius.
Sebagai makhluk yang religius , maka ia mencari yang transenden di dalam dirinya sendiri dan insan mendapatkan itu dalam nilai-nilai agama.
Apabila agama tak lagi bisa untuk menghasilkan insan bisa berefleksi kepada hidupnya , maka agama juga ditinggalkan oleh insan dan insan mulai mencari keberagamannya dalam bentuk yang berbeda.
Persamaan Etika dan Agama
- Pada sasarannya , menaruh dasar pedoman moral , sehingga insan bisa membedakan mana perbuatan yang bagus dan mana yang buruk.
- Pada sifatnya , etika dan agama sama-sama bisa menampilkan perayaan dan tak bersifat memaksa.
Perbedaan Etika dan Agama
- Etika merupakan keyakinan yang tak mengandung dedikasi , sedangkan agama merupakan keyakinan yang mengandung dedikasi kepada Tuhan.
- Etika mempersoalkan kehidupan moral insan di dunia , sedangkan agama mengajarkan adanya 2 macam kehidupan , yaitu di dunia dan di akhirat.
- Etika bersumber dari hasil pemikiran dan pengalaman insan , sedangkan agama bersumber dari Tuhan.
- Tak semua pedoman etika dapat diterima oleh agama , sedangkan pedoman dari agama bisa memperkuat atau melengkapi pedoman etika.
Hubungan Etika dan Agama
![]() |
| Hubungan Etika dan Agama , via canterbury.ac.uk |
Seperti yang sudah diungkap sebelumnya , jikalau etika dan agama sejatinya merupakan 2 hal yang tak mesti dipertentangkan. Antara etika dan agama menjadi 2 hal yang saling memerlukan , atau dalam bahasa Sudiarja , "agama dan etika saling melengkapi satu sama lain".
Agama memerlukan etika untuk secara kritis bisa menyaksikan langkah-langkah moral yang mungkin tak rasional. Sedangkan tugas dari etika sendiri memerlukan agama , sehingga insan tak mengabaikan kepekaan rasa dalam dirinya.
Hubungan etika dan agama yang terjadi , bisa menghasilkan sebuah keseimbangan ,di mana agama bisa menolong etika untuk tak bertindak cuma berdasar dari rasio dan melewatkan kepekaan rasa dalam diri insan , etika sendiri juga bisa menolong agama dalam menyaksikan secara kritis dan rasional langkah-langkah moral.
Di luar dari agama , kita tak mempunyai kebenaran. Etika dibilang dapat menjadi salah satu jembatan yang Istimewa untuk menjajal menghubungkan atau menyambungkan dan mendialogkan antara agama-agama.
Kita bisa mengungkap bahwasannya etika , secara filosofis menjadi hal yang sungguh penting dalam kehidupan agama , utamanya untuk negara yang bervariasi seumpama Indonesia ini. Etika secara rasional bisa menolong kita bisa dalam mengetahui dan secara kritis untuk menyaksikan langkah-langkah moral dari agama tertentu.
Lantas , apakah cukup kita beretika tanpa mesti beragama?
Apabila kita menjajal berupaya mengetahui secara filosofis , maka kita bisa menyampaikan jikalau etika tanpa adanya agama merupakan kering , sebaliknya , agama tanpa etika merupakan hambar. Bahwa insan tak cuma diciptakan selaku makhluk yang rasional saja , melainkan menempel dalam diri makhluk yang religius , sehingga bisa menghasilkan ia bisa berefleksi kepada kehidupannya.
Karena itu , tugas agama akan sungguh penting dalam menolong insan untuk bertindak , tak cuma berdasar dari rasio saja , melainkan juga berdasar dari rasa yang ada di dalam dirinya sendiri.
Ada satu kesatuan yang tercipta antara rasio dan rasa yang menempel dari dalam diri manusia. Manusia bukanlah makhluk egois yang mesti mengandalkan rasionya semata-mata.
Rekomendasi postingan : Menguak 7 Teori-teori Etika , Manfaat dan Kritiknya
Rekomendasi postingan : Menguak 7 Teori-teori Etika , Manfaat dan Kritiknya
Kesimpulan
Dengan klarifikasi dari banyak sekali macam sudut pandang , maka kita bisa katakan jikalau hubungan etika dan agama merupakan hubungan timbal balik yang mana saling memerlukan satu sama lain. Etika tak bisa berlangsung sendiri dengan rasionalitasnya , juga agama tak bisa berlangsung sendiri dengan doktrinnya.
Etika tanpa agama menjadi kering dan agama tanpa etika menjadi hambar.
Etika yang bagus merupakan etika yang dapat dalam menampilkan ruang kepada segala bentuk kepekaan rasa dan tak cuma mengandalkan rasio dalam bertindak. Karena etika seumpama ini cuma akan menghadirkan sebuah kebenaran yang subjektif yang tak bernilai dan condong melewatkan hakikat insan selaku makhluk yang religius , kepekaan rasa itu terdapat dalam agama.



Tidak ada komentar untuk "Hubungan Adab Dan Agama Yang Tak Dapat Dipisahkan - Habibullah Al Faruq"
Posting Komentar